Tangkal Hoax di Era Industri 4.0, Dalam pelantikan pengurus forum wartawan Sidoarjo (Forwas) 2019-2021

by -2256 Views

SIDOARJO – Tiga narasumber top hadir di Fave Hotel dalam pelantikan pengurus forum wartawan Sidoarjo (Forwas) 2019-2021. Kapolresta Sidoarjo Kombespol Zain Dwi Nugroho, Dosen Umsida Surya Winata dan GM Telkom Sidoarjo Putro Dewanto.
Putra mengawali diskusi. Dirinya mengupas tentang apa itu hoaks dan bagaimana fenomena tersebut saat ini berlangsung.
“Hoaks itu berita bohong,” katanya. Motifnya beragam. Antara lain, kepentingan politik, kepentingan ekonomi dan sentimen sosial (sara).
Penyebarnya biasanya punya karakter khusus. Seperti, bangga menjadi yang pertama menyebar. Karena suka berbagi namun malas membaca. Gemar cari sensasi. Tidak tahu itu hoaks. Ikutan trend. Ada juga yang punya motif seperti penyebarnya.
Nah pembaca cenderung percaya karena info tersebut mudah dicerna. Info mendukung keyakinannya. “Sekarang buatnya serba mudah buatnya. Aplikasi semakin mudah dan cerdas. Bahan mudah didapat. Seperti cloud, big data, medsos dan autentik. “Orang cari fotonya Kapolres gampang, di internet banyak,” kata Putro. Apalagi, jika tahu ilmu komunikasi dan ilmu propaganda. Sharenya pun dipermudah dengan akses internet. “Industri 4.0 pun sangat mendukung,” ujarnya.Ada artifisial intelegensi, infrastruktur digital, cloud computing, internet of thing, dan ada big data. “Saat ini hampir semua manusia terhubung dengan internet,” ujarnya.
Solusinya, bisa saring sebelum sharing. Pada surah Hujurat ayat 6 juga diperintahkan. “Kita sudah diperintah memeriksa,” Katanya. Dicek benar atau tidak. Bermanfaat atau tidak. “Kalau benar dan bermanfaat, tinjau lagi kapan waktu sebarnya,” katanya. Cirinya biasanya alamat situsnya biasanya aneh-aneh. Karena itu harus diselidiki sumbernya. Biasanya judulnya bombastis. ‘Periksa lagi tanggalnya. Sering berita lama dimunculkan lagi.
Jika menemukan, bisa diadukan ke aduankonten.id. ada pula aplikasi Hoaks buster tool di Google play store. Ada menu lapor. Cek video. Cek gambar. “Bagus jika gabung grup anti hoaks,” katanya. Misalnya kita ragu dengan info tertentu. Sepeti ada kabar ada kecelakaan bus. Ada gambarnya. ” Kita bisa cek di google dengan upload. Eh ternyata kejadiannya di Amerika,” jelasnya. Nah antisipasi yang dilakukan bisa dengan media mainstream. “Media mainstream harus jadi media yang terpercaya, karena sebagai penangkal,” katanya.
Senada, Surya Winata juga tak kalah detail membahas tentang Hoaks. “Hoaks itu cirinya provokatif, bias, sumber tidak jelas dan biasanya ada perintah untuk bantu viralkan,” kata Winata.
Hoaks tidak menyasar satu kelompok saja. Tapi semua pihak. Dari atas sampai bawah.
Pengalamannya, pada grup kerjanya ada yang menyebar info Hoaks. “Alquran dari penerbit ini ada yang salah, terjemahnya keliru,” ceritanya. Namun, saat konfirmasi ke penerbit, ternyata Hoaks. Penerbit tersebut sudah terverifikasi dan bisa membuktikan jika benar. “Yang saya lakukan itu menelusuri,” jelas dosen informatika itu.
Menurut Winata, saat ini ada dua tipe orang terkait Hoaks. Pertama, millenial muda dan kedua adalah senior milenial. Millenial muda jarang sharing. Mereka lebih paham tentang Hoaks dan biasanya kroscek. Sedangkan, senior milenial, biasanya share dulu jika mereka merasa sepertinya benar. Walaupun belum dikroscek. “Hasil surveynya begitu,” terangnya. Solusinya, selau waspada dan selalu cek sumber.
Kombespol Zain, dalam diskusi kemarin menyebut memang ada kepuasan menyebarkan pertama kali. “Padahal yang pertama menyebarkan itu yang jadi tersangka,” kata Zain.
Saat ini polisi jadi bemper terakhir untuk penegakan Hoaks ini. “Sidoarjo ada Delta siap. Siapapun bisa melapor 24 jam dan direspon. Tidak perlu datang ke polres langsung,” kata Zain.
Dirinya menyarankan sejumlah antisipasi. Pertama, harus lebih bijak menggunakan media sosial maupun media elektronik. Setiap menerima berita, dan meragukan, harus dicek. Dicek ke orang yang bisa dipercaya dan terkait dengan info tersebut. Jangan sampai ditelan mentah.
Jangan mudah share. Kedua, keluarga jadi benteng yang mengawasi. Orang tua tidak mudah memberi handphone. Awasi penggunaan dan waktu penggunaan. “Harus lebih care dengan keluarga,” ujarnya.
Ketiga, harus kordinasi dengan kepolisian dan Kominfo. Segera informasikan dengan sarana yang ada sebagai antisipasi. Sehingga tidak menggangu stabilitas Kamtibmas. Sidoarjo jadi lebih aman lagi.(GUS)

No More Posts Available.

No more pages to load.