PKK Diminta Cegah Kekerasan Seksual Terhadap Anak

by -3168 Views

SIDOARJO – Upaya mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak dilakukan oleh TP-PKK Kabupaten Sidoarjo. Salah satunya dengan menggelar Sosialisasi Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak (GN-AKSA) di pendopo Delta Wibawa, Rabu, (8/5). 250 orang anggota PKK desa/kelurahan diundang agar paham dalam pencegahan dan penanganan tindak kekerasan seksual terhadap anak. Narasumber dari Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur dihadirkan dalam sosialisasi tersebut. Sosialisasi tersebut dibuka oleh Wakil Ketua I TP-PKK Kabupaten Sidoarjo Hj. Ida Nur Ahmad Syaifuddin. Wakil Ketua II TP-PKK Kabupaten Sidoarjo Hj. Endang Ahmad Zaini turut hadir dalam kegiatan tersebut.

Wakil Ketua I TP-PKK Kabupaten Sidoarjo Hj. Ida Nur Ahmad Syaifuddin mengatakan kekerasan terhadap anak dapat terjadi dimana saja. Tidak hanya dapat terjadi ditempat bermain atau ditempat umum saja. Bahkan rumah maupun sekolah dapat menjadi tempat anak mengalami tindak kekerasan. Ia juga katakan anak sangat rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan. Kekerasan terhadap anak dapat dilakukan oleh siapa saja. Kekerasan kepada anak bahkan dapat dilakukan oleh keluarga sendiri.

“Anak sangat rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, baik yang dilakukan oleh keluarga sendiri, guru teman sebayanya maupun orang yang tidak dikenal,”ujarnya.

Istri dari Wakil Bupati Sidoarjo H. Nur Ahmad Syaifuddin SH tersebut mengatakan salah satu bentuk kekerasan terhadap anak adalah kekerasan seksual. Kekerasan seksual berdampak sangat besar terhadap tumbuh kembang anak. Anak akan mengalami depresi, stress dan trauma. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan anak akan memiliki kencenderungan melakukan hal yang sama  saat dewasa nanti.

Ia melanjutkan upaya pencegahan kekerasan terhadap anak sudah sering dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya dikeluarkannya Inpres nomer 5 tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak (GN-AKSA). Untuk mendukung gerakan tersebut TP-PKK Kabupaten Sidoarjo mengajak anggotanya dapat memberikan pengasuhan dan perlindungan anak terhadap berbagai kekerasan.

“Marilah kita asuh anak-anak kita dengan penuh keikhlasan, penuh kasih sayang dan penuh tanggung jawab,”ajaknya.

Hj. Ida Nur Ahmad Syaifuddin juga mengajak untuk mencegah dan menghentikan tindakan-tindakan yang negatif dan tidak terpuji kepada anak-anak. Eksploitasi serta perlakuan kasar dan penelantaran terhadap anak hendaknya dapat dicegah dan dihentikan mulai dari sekarang.

“Peran PKK sebagai mitra kerja pemerintah diharapkan dapat melakukan sosialisasi, advokasi, penyuluhan pencegahan dan penanganan dini tindak kekerasan terhadap anak, minimal segera melaporkan ke UPT P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak)atau Polsek atau unit PPA Polres Sidoarjo,”ucapnya.

Sementara itu Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur M. Isa Ansori selaku narasumber kegiatan mengatakan kekerasan seksual terhadap anak menjadi kasus yang mendominasi di Jawa Timur. Ditahun 2018 ini saja sudah terjadi 87 kasus. Tiap bulan kasus kekerasan seksual kepada anak selalu terjadi. Grafiknya naik turun. Bulan Januari terjadi 12 kasus. Terbanyak terjadi dibulan Februari sebanyak 18 kasus. Hal tersebut ditenggarai adanya hari Valentine Day.

“Kekerasan seksual terhadap anak itu siklusnya bisa dibaca, biasanya bulan Februari, bulan Mei Juni, terus setelah hari raya, mari poso nakalnya diculno (setelah puasa nakalnya dilepas),”ujarnya.

Ia katakan mencegah kekerasan terhadap anak cukup dengan memahami keinginan anak. Berkomunikasi yang baik dengan anak menjadi salah satu kunci mencegah terjadi kekerasan terhadap anak. Untuk itu ia meminta orang tua dapat meluangkan waktu buat anak-anaknya. Ia katakan orang tua hanya memiliki waktu yang efektif bersama anak sekitar 20 menit. Berbagai kesibukan orang tua menjadikan waktu 20 menit adalah waktu yang berkualitas bersama anak. Oleh karenanya waktu tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh orang tua. Dengan begitu anak merasa nyaman tinggal dirumah.

“Dalam riset saya waktu efektif orang tua terhadap anak itu cuma 20 menit saja dalam sehari, kalau 20 menit saja dipakai nyeneni ae (memarahi saja), 20 menit itu habis buat memarahi saja,”ucapnya.

Ia katakan rumah dan sekolah menjadi penyumbang yang tertinggi terjadinya kekerasan terhadap anak. Rumah dan sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak menempati posisi pertama dan kedua kasus terjadinya kekerasan terhadap anak ditempat tersebut. Untuk itu ia meminta rumah dapat menjadi tempat yang nyaman bagi anak.

“Ini harus menjadi catatan kita ternyata rumah dan sekolah itu tidak menjadi tempat yang nyaman karena kita mempunyai aktifitas sendiri dan anak-anak mempunyai aktifitas sendiri,”paparnya. (Gus)

No More Posts Available.

No more pages to load.