Bupati Swasta Usulkan Penghargaan untuk Tim SAR dan Gelar Pahlawan Santri bagi Korban Tragedi Ponpes Al Khoziny

by -151 Views


ProgresJatim.com, Sidoarjo– Kepedulian terhadap para pejuang kemanusiaan dan santri yang gugur dalam tragedi robohnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, terus mengalir. Salah satunya datang dari tokoh masyarakat Sidoarjo, Sujani S.Sos, yang akrab disapa Bupati Swasta.
Melalui pernyataannya, Selasa (7/10/2025), ia mengusulkan agar Tim Gabungan SAR yang bekerja tanpa kenal lelah dalam proses evakuasi diberi penghargaan resmi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo, bahkan jika memungkinkan, dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

“Untuk semua petugas gabungan Tim SAR yang bekerja siang malam tanpa lelah ,tanpa mengeluh, kami usulkan untuk mendapatkan penghargaan dari Pemkab Sidoarjo. Syukur-syukur bisa juga dari Pemprov Jatim,” ujar Sujani, yang dikenal aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

Menurutnya, kerja keras Tim SAR gabungan terdiri dari BPBD,
TNI – Polri, relawan ormas, dan masyarakat sekitar layak mendapat apresiasi tinggi. Mereka tak hanya berjibaku di lokasi sempit dan penuh puing, tetapi juga menunjukkan solidaritas tanpa pamrih untuk kemanusiaan.

“Mereka ini pahlawan di lapangan. Tidak ada keluhan, tidak ada pamrih. Ini semangat gotong royong dan pengabdian yang luar biasa,” imbuhnya.

Usul Gelar Pahlawan Santri untuk Korban

Tak hanya bagi petugas SAR, Bupati Swasta juga mengusulkan agar santri yang meninggal dunia dalam tragedi tersebut diberikan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Santri oleh pemerintah pusat.
Menurutnya, pengorbanan para santri itu bukan sekadar duka, tapi juga bentuk ketulusan dan pengabdian di jalan agama.

“Sedangkan bagi santri yang meninggal dunia, kami usulkan ke Pemerintah Pusat untuk mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Santri. Harapannya, saat Hari Santri (22 Oktober) mendatang, kedua penghargaan tersebut bisa diserahkan atau digelar,” tutur Sujani.

Ia menilai, pemberian gelar ini akan menjadi simbol penghargaan negara terhadap santri-santri yang rela berkorban dan mengabdikan diri di lingkungan pesantren. Selain itu, juga sebagai bentuk refleksi bagi masyarakat bahwa santri memiliki peran besar dalam kehidupan sosial dan spiritual bangsa.

Momentum Hari Santri

Peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober mendatang dianggap momen tepat untuk merealisasikan dua usulan tersebut.
Selain menjadi wadah penghormatan bagi para korban dan relawan, langkah itu juga bisa memperkuat nilai-nilai kebangsaan, kepedulian, dan semangat kemanusiaan yang lahir dari rahim pesantren.

“Jika penghargaan ini bisa diberikan bertepatan dengan Hari Santri, tentu akan menjadi pesan moral yang kuat bagi kita semua , bahwa pengabdian dan keikhlasan tidak sia-sia,” ucap Sujani.

pemberian penghargaan semacam ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain agar lebih peduli terhadap pekerja lapangan yang seringkali luput dari sorotan publik.

Tragedi Al Khoziny, Luka yang Menggugah

Sebagaimana diketahui, musala di lingkungan Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin ,29/9/ 2025, saat para santri shalat ashar. Beberapa santri menjadi korban jiwa, sementara lainnya mengalami luka-luka.
Tim SAR gabungan langsung bergerak cepat mengevakuasi korban di bawah reruntuhan bangunan hingga larut malam.

Meski duka mendalam masih menyelimuti keluarga dan pesantren, semangat gotong royong masyarakat Sidoarjo tak surut. Usulan penghargaan ini menjadi salah satu upaya untuk memastikan bahwa pengorbanan mereka tidak dilupakan.

Inisiatif Bupati Swasta menegaskan bahwa pengabdian dan kemanusiaan adalah dua hal yang patut dirayakan bersama.
Ketika relawan dan santri dipandang sebagai pahlawan di hati rakyat, maka sejatinya semangat kemanusiaan bangsa Indonesia masih hidup tak hanya di panggung politik, tetapi juga di reruntuhan musala yang menjadi saksi pengorbanan tulus.(Sap)

No More Posts Available.

No more pages to load.